Langsung ke konten utama

Perjalanan Menuju SMANSA Garut


Pada awalnya, saya tak terpikirkan akan melanjutkan jenjang SMA saya di salah satu SMA terbaik di Kabupaten Garut. Garut? Ya, kota yang dijuluki Swiss Van Java ini adalah tempat adanya SMAN 1 Garut (yaiyalah -_-).
Pada saat kelas 3 SMP, saya ngebet banget pengen masuk SMA Tarnus, atau Taruna Nusantara yang ada di Magelang itu. Singkat cerita, saya mendaftar dan menyerahkan syarat syarat administrasi seperti nilai raport, surat surat dan lainnya. Namun, takdir berkata lain, saya tidak bisa melanjutkan proses penerimaan siswa baru ke tahap selanjutnya, karena nilai saya kurang 1 poin pada mata pelajaran IPA kelas 7 semester 1. Sempat sedih, namun tak patah semangat, karena saya optimis masuk SMA favorit di kota sendiri.
Saya pun ikut mayoritas siswa bimbang yang bukan siswa siapa siapa lagi. Udah lulus SMP tapi belum keterima SMA. Syarat syarat pendaftaran, biaya administrasi, kejelasan keberadaan berkas pendaftaran, passing grade SMA, semua itu memenuhi pikiran selain harapan agar diterima di sekolah yang diinginkan.  Ketika mendengar passing grade SMAN 1 Garut yang sudah fix, saya mengucap syukur, karena saya sudah ada dalam posisi aman, selanjutnya tinggal melengkapi administrasi yang lain.
Surat keputusan pun tiba, tanpa dibaca pun, saya sudah mengetahui isinya. Ya, saya berhasil menjadi siswa baru di SMAN 1 Garut, selain itu, terdapat juga jadwal kegiatan yang harus diikuti oleh siswa baru.
Yang paling berkesan adalah Tes Psikotest yang harus diikuti oleh seluruh siswa baru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui bidang peminatan apa yang cocok dengan minat pribadi, IQ, serta bakat, kepribadian, serta minat karir, serta rekomendasi untuk mengikuti program Kelas Akselerasi. Ehm, sebelumnya sih, entah mengapa pada saat itu, saya ingin sekali masuk Kelas Akselerasi, supaya irit waktu (SPP juga sih *eh).
Pada waktu psikotest, saya ingat saya berada di ruang 2, sekitar 4 jam berkutat dengan soal soal psikotest yang terbagi menjadi beberapa sesi. Setiap sesi biasanya diberikan waktu tertentu untuk mengerjakannya. Tipe soalnya beragam, ada yang berhubungan dengan logika, kreatifitas, bahasa, dan lainnya.
Singkat cerita testnya selesai, dan masuk ke kegiatan MOPD. MOPD? Mungkin yang terbayang adalah tali sepatunya pake tali rapia, DIY tas (:v), suruhan aneh, dan lainnya yang kadang kurang masuk akal di bagian mana yang patut dibilang "mendidik". Tapi ternyata, MOPD di SMAN 1 Garut, lebih menekankan terhadap pengenalan lingkungan SMAN 1 Garut. Tak ada DIY tas, sepatu rapia, tak ada. Yang ada itu tugas. Tugasnya adalah membuat buku tugas, isinya adalah tugas berikutnya. Siswa akan diberikan tugas yang menekankan terhadap pengenalan diri, analisis diri sendiri, cita cita, dan lainnya. Tugas saya sih tidak ada masalah, istilahnya mungkin sudah lulus KKM.
Masih ingat, waktu itu adalah hari terakhir MOPD, semua siswa baru berkumpul di gymnasium sekolah, sesuai dengan kelas MOPDnya. Kemudian, terdengar pengumuman seorang guru "yang namanya disebut ke ruang aula di atas ya", para siswa sudah menduga bahwa nama nama yang terpanggil adalah calon calon siswa kelas aksel, "Novan Rifky Lutfhyansyah", ya, saya ikut terpanggil.
Siswa tersebut kemudian dikumpulkan di ruang aula. "Yaampun, pinter pinter, pendiem, serius, bisa nyaingin nggak ya? Kayaknya, otaknya pada high-end (:v)" gumam di hati. Singkatnya, memang benar bahwa siswa yang terpanggil tersebut adalah calon calon siswa kelas aksel. (Alhamdulillah kesampaian jadi siswa aksel :3).
Perasaannya sih bahagia, cukup tidak heran sih (?), tapi mungkin jadi kepikiran nanti proses belajarnya bagaimana, lingkungan sosialnya jadi bagaimana, orang orangnya bagaimana, yah tapi saya cukup bahagia dan bangga akhirnya jadi siswa kelas aksel.

- - -

MOPD sudah selesai, hari pertama pake seragam SMA serasa mau dipamerin ke seluruh pelosok kampung bahwa sekarang sudah SMA, bangga banget kan, dulu putih biru sekarang putih abu. Saya masuk kelas dengan bangganya pake seragam baru, tapi ...

Tunggu postingan saya selanjutnya tentang kesan pertama jadi siswa kelas aksel, dan akhirnya ikut andil jadi keluarga Avengers'91.

Komentar

  1. spp? wakakw ati ati ada yg marah

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu udah kelewat, asal gak tahu lah jim :v

      Hapus
  2. ngetik di google kelas akselerasi garut , eh nemu ini :)

    BalasHapus
  3. Woaww .. Gile bngt tuh msuk kls Aksel (¿) Passing Gradeny brpa tuhhh ??????buat Periode Skrng ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah makasih ya Azeng sudah membawa postingan saya hehe
      Waktu saya dulu sih siswa yang dikasih kesempatan masuk Aksel dipertimbangkan dari banyak faktor, yang paling berperan kayaknya dari hasil psikotes karena banyak komponen yang bisa ditemukan di hasil tersebut
      Dan sepertinya tidak ada passing grade pada saat saya Aksel dulu

      Dan mulai tahun 2015 pemerintah memberhentikan program akselerasi yang otomatis membuat saya dan rekan-rekan Aksel angkatan saya se-Indonesia jadi Aksel yang terakhir hehe

      Hapus
    2. Itu membaca yaa bukan membawa wkwk

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tes Galli Mainini (GM Test)

Tahukah Anda? Apa hubungannya kodok jantan dewasa dengan kehamilan? Sedikit mengherankan bahwa kedua hal itu berhubungan, namun hubungan tersebut merupakan suatu hal besar. Tes Galli Mainini namanya, tes ini ditemukan oleh Carlos Galli Mainini pada 1952 dengan tujuan untuk mengetahui apakah seseorang sedang mengalami kehamilan atau tidak. Seorang wanita yang sedang hamil akan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotropin atau hormon HCG. Hormon inilah yang berperan penting dalam berlangsungnya Tes Galli Mainini ini. Untuk melaksanakan tes ini, ada beberapa hal yang dibutuhkan, seperti : Kodok jantan dewasa Urin wanita yang diduga hamil Alat suntik Mikroskop Berikut merupakan langkah kerja dalam pelaksanaan Tes Galli Mainini. Pastikan dalam urin kodok tidak terdapat sperma, dengan cara kodok dikagetkan, dengan ini kodok akan mengeluarkan urin atau istilahnya kencing. Sperma kodok dapat diamati di bawah mikroskop. Setelah dipastikan bahwa urin kodok tidak mengan

Watashi no Tomodachi

Sebelum membaca ini, aku ingin kau menyiapkan jawaban dari pertanyaan ini di akhir cerita. Siapakah Aku dan Temanku?. Aku sedang berbaring. Menunggu kantuk mengambil alih pada malam hari. Seperti biasa, di dalam benak, seperti taman yang ramai dengan pikiran. Lalu lalang berbagai hal yang terpikir. Sekolah, pelajaran, tugas, dan teman. Ya, teman. Seketika aku seperti dihantam suatu hal yang amat besar ketika kata “teman” menyapa pikiranku. Aku merasakan setiap sel otak terkesima ketika kata “teman” menyapa mereka. Entahlah, aku tak tahu darimana asalnya, tetapi aku hanya berbicara pada diri sendiri “apakah kau akan memiliki teman?”.             Seperti biasa, aku datang ke sekolah. Menurunkan kursi, menyimpan tas, melepas jaket, kemudian duduk. Aku tertegun dan menolak. Kemudian ku teruskan membaca buku. Aku ingin menyapa seisi kelas, atau disapa sebagian orang. Tetapi pikiran dinginku mengambil alih. Aku terdiam, bibirku beku untuk berbicara, mukaku datar, ekspresiku seperti ba